bimbingan dan konseling
A.
Konsep Dasar Konseling
Bila ditinjau dari segi sejarah perkembangannya ilmu bimbingan dan
konseling di Indonesia, maka sebenarnya istilah bimbingan dan konseling pada
awalnya dikenal dengan istilah bimbingan dan penyuluhan yang merupakan
terjemahan dari istilah guidance and counseling. Penggunaan istilah bimbingan
dan penyuluhan sebagai terjemahan dari kata guidance and counseling ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud, MA.
Konseling merupakan dasar inti bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan
dengan penuntasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu. Konseling merupakan suatu
hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari
bantuan, dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang dibuatnya
membantu orang lain belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri atau orang
lain dengan cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif.
Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk
memberi nasehat (Konseling) kepada orang lain. Firman Allah QS. al-Ashr :
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1-3)
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
mentaati kesabaran.
Akan tetapi dalam perkembangan bahasa Indonesia selanjutnya pada tahun 1970
sebagai awal dari masa pembangunan Orde Baru, istilah penyuluhan yang
merupakan terjemahan dari kata Counseling dan mempunyai konotasi
psychological-counseling, banyak pula dipakai dalam bidang-bidang lain, seperti
penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, penyuluhan gizi, penyuluhan hukum,
penyuluhan agama, dan lain sebagainya, yang cenderung diartikan sebagai
pemberian penerangan atau informasi bahkan kadang-kadang hanya dalam bentuk
pemberian ceramah atau pemutaran film saja. Menyadari perkembangan pemakaian
istilah yang demikian, maka sebagian para ahli bimbingan dan penyuluhan
Indonesia yang tergabung dalam oraganisasi profesi IPBI (Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia) mulai meragukan ketepatan penggunaan istilah penyuluhan.
Sebagai terjemahan dari istilah counseling tersebut.
Oleh karena itu sebagian dari mereka
berpendapat, sebaiknya istilah penyuluhan itu dikembalikan ke istilah aslinya
yaitu counseling, sehingga pada saat itu dipopulerkan istilah bimbingan dan
konseling untuk ilmu ini, tetapi ada pula sebagian ahli bimbingan dan
penyuluhan yang berpendapat bahwa kalau istilah guidance diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia dengan istilah bimbingan, istilah counseling harus pula
dicarikan istilah bahasa Indonesianya. Berdasarkan pemikiran yang demikian maka
ada para ahli itu ada yang menggunakan istilah bimbingan dan wawancara,
bimbingan dan wawacara, bimbingan dan wawancara untuk memberi nama bagi ilmu
ini. Namun diantara sedemikian banyak istilah tersebut, saat ini yang paling
populer adalah istilah Bimbingan dan Konseling.
B. Pengertian Konseling
Menurut Kamus Bahasa Indonesia konseling berarti pemberian bimbingan oleh
orang yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis.
Sedangkan dalam situs Wikipedia bahasa Indonesia, konseling adalah “proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini
pertama kali digunakan oleh Frank Parsons di tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier. Selanjutnya juga diadopsi oleh Carl Rogers yang kemudian mengembangkan pendekatan terapi yang berpusat pada klien ( client centered).
Sedangkan definisi konseling menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1.
Menurut Berdnard &
Fullmer (1969)
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari
individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketige
hal tersebut.
2.
Menurut Bimo Walgito
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individhu dalam memecahkan
masalah kehidupanya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan
individhu yang dihadapinya unuk mencapai hidupnya.) dan menyetir (to steer).
Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari
kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah
atu jenis layanan bimbingan.
3.
Menurut James P. Adam
Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu
antara seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih
baik memahami dirinya dalam hubunganya dengan masalah hidup yang dihadapinya
pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
4.
Menurut Smith,dalam
Shertzer & Stone, 1974 ,
Konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konselor membuat
interprestasi – interprestasi tetang fakta-fakta yang berhubungan dengn
pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.
5. Menurut Shertzer & Stone,1974
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang
bersifat pribadi antar konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri
dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan
nilai yang diyakininya sehingga konseling merasa bahagia dan efektif
perilakunya
6. Menurut APGA (American Personel Guidance Association)
Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan
bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik
atau masalah pengambilan keputusan.
C.
Pendekatan-Pendekatan
Konseling
Pendekatan
konseling disebut juga teori konseling, merupakan dasar bagi suatu praktek
konseling, pendektan itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai
pendekatan atau teori-teori konseling akan memudahkan dalam menentukan arah
proses konseling. Akan tetapi, untuk kondisi indonesia memilih satu pendekatan
dan fanatik dan kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu
pendekatan konseling biasanya dilatarbelakangi oleh paham filsafat tertentu
yang mungkin sja idak sesuai sepenuhya dengan paham filsafat di indonesia.
Disaming itu mungkin saja layanan konseling yang dilakasanakan berdasarkan
aliran tertentu kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta kondisi sosial,
bdaya, dan agama.
Untuk mengatasi
hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam konseling bukanlah pendekatan
atau teori tunggal(single teory) untuk semua kasus yang diselesaikan.
Akan tetapi harus di coba secara kretif memilih bagian-bagain dari beberapa
pendekatan ang relevan, kemudian secara sintesis-analitik
diterapkan kepada kasus yang yanh dihadapi. Pendektan seperti itu dinamakan Creative
Synthesis Analytic (SCA). Allen E. Ivey (1980) menyebutkan pendektan SCA ini
dengan nama Eelectic Approads yaitu memilih secara selektif
bagian-bagain teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konselor.
Sebagai telah
di ungkapkan diatas bahwa pendektan SCA diasumsikan sesuai dengan kondisi
indonesia. Artinya kita tidak memilih satu pendektan saja untuk semua kasus,
akan tetapi memilih bagian-bagain teori yang berbeda secara selektif untuk
dimanfaatkan terhadap kasusu tertentu. Beberapa alasan dibaah ini dapat
dipertimbangkan.
1.
Setiap
teori mempunya landasan filosofis tertentu yang mungkin bertolak belakang
dengan paham flsafat pancasla.
2.
Kalau
digunakan satu pendektan saja untuk semua kasus, dikhawatirkan konselornya akan
kaku dan pemecahan masalah belum tentu tuntas.
3.
Dengan
pendektan satu teori saja, kemungknan konselor akanmemaksakan diri dan
mencocok-cokan teori tersebut terhadap kasus. Hal ini biasa menyebabkan
konseling berantakan dan klien lari.
4.
Cara
SCA memebuat konselor lebih kreatif dan luas wawasannya.
5.
Dapat
memilih secara kreatif-analitik beberapa alira konseling atau aspek-aspek dari
aliran itu yang akan relevan dengan kasus yang akan dibantu.
Pendekatan SCA
mirip dngan Rational Approach yang di kemukakkan oleh C.H. Pattersosn (1980)
yang menerangkan segai berikut:
“Rational
theories of counseling or psycoterpy are those that tend to take a logical,
intellectual approach to the process and or to the solution of client’s
problems or diffienlties. These theories
tend to be relatively simple in nature. They also tend to be eclectic; tht is,
a variety of teachniqnes, the choice of tehcniqnes is usually made on the basic
common sense or empiricism.”
Dari penjelasan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendektan Rasional (Rrational A
pproach) yang telah dikemukakan mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Bersifat
logik dan intelektual dalam proses konseling serta solusi terhadap masalah.
b.
Pendektan
tersebut sederhanan dalam hakekatnya.
c.
Menggunakan
teknik konseling yang bervariasi.
d.
Lain
masalah lai pula teknik, sesuai dengan pilihan konselorberdasarkan relevansinya
dengan kasus.
Jadi
kemungkinan seorang konselor hanya menganl satu teori (single teory) dan
menganutnya secara fanatik, tida akan terjadi. Akan tetapi ebih baik memilih
secara selektif aliran mana yang relevan dengan masalah klien.
Untuk memudahkan
pemahaman tentang pendektan CSA maka berikut ini dikemukakan beberapa pendekatan
konseling yang terkenal di dunia.
a)
Pendekatan
Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis dipeloporioleh seorang dokter psikiatri yaitu
Sigmund Freud pada tahun 1896. Ia
mengemukakan pandngannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri
dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam kesadarannnya dapat diumpamakan puncak
gunung es yang muncul ditengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu
diibaratkan alam ketksadarn alam manusia.
Pengertian psikonanalisis mencangkup tiga aspek: (1) sebagai metode
penelitian proses-proses psikis; (2) sebagai suatu tenik ntuk mengobati
gangguan-gangguan psikis; (3) sebagai teori kepribadian
Didalam gerakanya,
psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yakni:
(1)
Prinsip
konstansi, artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk
mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau
seidak-tidaknya taraf yang stabil.dengan perkataan lain bahwa kondisi psikis
manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen (tetap).
(2)
Prinsip
kesenangan, artinya ehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan
ketidaksenangan dan sebanyak mungki memperoleh kesenagan (pleasur
principle).
(3)
Prinip
realitas, yaitu prinsip kesenangan yang di sesuaikan dengan keadaan nyata.
1.
Dinamika
Kepribadian
Struktur kepribadian menurut Freud
terdiri dari id, ego dan super ego. Id merupakan aspek biologis yang
mempunyai energi yang dapat mengaktifkan ego dan super ego.
Energi yang meningkat dari id sering menimbulkan ketegangan dan rasa tidak
enak. Dorongan-dorongan untuk memuaskan hawa nafsu manusia bersumber dari id.
Kadang-kadang dorongan itu tidak terkendali dan tidak sesuai dengan kenyataan
sehingga ego terpaksa menekan dorongan-dorongan tersebut.
Sedang super
ego berperan untuk mengatur agar, ego bertindak sesuai moral
masyarakat. Disamping itu super ego berfungsi untuk merintangi
dorongan-dorongan (implus) id terutama dorongan seksual dan
agresivitas yang bertentangan dengan moral dan agama.
Freud
menyebutkan bahwa id adalah sistem orisinil kepribadian yang brfungsi
untk menghindarkan ketekanan dan untk mencapai kenikmatan, id mempunyai dua
cara yakni (1) gerakan refleks (reflex action); (2) proses primer (the
primary process). Gerak refleks misalnya bersin, mata berkedip, dan
sebagainya. Proses primer yaitu menghilangkan ketegangan dengan cara
membayangkan makanan, nocturnal dream (mimpi basah) yang merupkan penyaluran
keinginan seksual.
Freud yang di
pengaruhi oleh filsafat Determinisme dan Positivisme abad XX, menganggap
organisme manusia sebgai suatu kompleks sistem energi yang yang mendapat energi
dari makana. Energi tersebut digunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti
sirkulasi, pernafasan, gerakan otot, mengamati, mengingat, berfikir,
sebagainya. Dia menyebut energi dalam psikis itu sebagai psychic energy. Energi
itu dapat berpindah. Atas dasar itu maka energi psikis dapat pindah kepada
energi fisiologis dan sebaliknya. Sebagai titik temu energi tubuh dengan
kepribadian adalah id. id mengandung insting yang mendinamiskan
kepribadian.
Pada bagian
dibawah ini akan di uraika lebih jauh mengenai insting dan kecemasa.
a.
Insting
Insting adalah
suatu pernyataan psikologs dari suatu sumber perangsang somatis (badaniah) yang
dibawa sejak lahir. Suatu insting
merupakan sejumlah energi psikis yang disebut oleh Freud sebagai suatu
tuntutan yang membuat manusia bekerja. Feud mengelompokkan insting atas dua
yakni: (1) inting hidup, dan; (2) insting mati.
Yang dimaksud insting-insting hidup
adalah kumpulan libido yang mendorong kehidupan manusia, seperti libido
seksualdan libido lapar dan haus. Energi libido-libido tersebut dapat menguasai
ego (aku), sehingga dapat bertindak amoral dan asosial dalam
pemasannya.
Sedang yang disebut dengan insting
mati (insting destruktif) yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri
atau orang lain, dan keinginanuntuk mati (membunuh diri). Menurut istilah
freud, insting mati itu adalah hidup menuju kematian. Bentuk lain pnejabaran
isnting mati dikemukakan beliau sebagai dorongan agresif, merusak diri, dan
dapat diubah dmenjadi objek pengganti seperti berkelahi dan tawuran.
b.
Kecemasan
Dorongan untuk
pemuasan kebutuhan sebagian bsar menguasai dinamika kepribadian individu. Akan
tetapi untuk memenuhui kebutuhan tersebut tidak selamanya menyenangkan yang
datang dari lingkungan, sehingga kemngkinan pemenuhan kebutuhan tak terjadi.
Hal itu menimbulkan kecemasan.
Freud mengemukakan tiga macam kecemasan yaitu:
(1)
Kecemasan
realistis, yaitu takut akan bahaya yang datang dari luar; cemas atau takut
jenis ini bersumber dari ego,
(2)
Kecemasan
neurotis, akni kecemasan yang bersumber dari id, kalu-kalau insting
tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan orang berbuat sesautu yang dapat
dihukum.
(3)
Kecemasan
moral yang bersumber pada sumber ego, kecemasan ini dinamakan juga
kecemasan kata hati. Kecemasan ini disebabkan oleh pertentangan moral yang
sudah baik dengan perbuatan-perbuatan yang mungkin menentang norma-norma mral
itu.
Perkembangan
kepribadian individu banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup masa kecil.
Karena itu Freud mengatakan bahwa the child id the father of man, artinya
bahwa masa kanak-kanak adalah ayah dari manusia. Perkembangan kepribadian
individu terjadi melalui respon terhadap sumer-sumber ketegangan yaitu: (1)
sumber ketegangan dari proses perkembangan fisiologis; (2) frustasi; (3)
konflik; (4) ancaman.
Sebagai akibat
dari sumber-sumber ketegangan itu maka individu beljar cara-cara baru untuk
menghilangkan ketegangan. Yaitu melakukan dua cara : (1) identifikasi; (2)
pemindahan objek (displacement).
Identifikasi
berarti seorang meniru cara atau metode orang lain dan cara itu dpakai untuk
menjadi bagian kepribadiannya agar individutersebut terhindar dari ketegangan
(kekecewaan). Pemindahan objek terjadi karena insting mendapat rintangan maka
dialihkan objek kateksisny. Apabila pemindahan objek itu mempunyai nilai
yang tinggi disebut sublimasi. bentuk lain dari reaksi eosional individu
terhadap kegagalan dan ketegangan adalah mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism). Yangt termasuk kedalam defence mechanism ialah: tekanan
(refresi), proyeksi, pembentukan reaksi (reaction formation),
fiksasi dan regresi.
Mengenai
pengertian istilah-istlah tersebut telah dipelajari pada psikologi umum. Akan
tetapi secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1)
Tekanan
(repression): terjadi apabila pemilihan objek dpaksa keluar dari kesadaran ego,
atau tekanan terhadap dorongan id, ego, dan super ego yang
menimbulkan kecemaan. Sebagai contoh adalah seorang yang kehidupannya miskin
terpaksa menekan keinginan-keinginanya untuk berbelanja pakaian-pakaian yang
bagus.
(2)
Proyeksi:
kalau terjadi kecemasan yang ditimbulkan id, dan super ego maka ego
berusaha melemparkan sebab kecemasan kepada objek diluar diri agar ketegangan
menjadi reda. Sebagai contoh jika seorangmurid SMP nilai rapornya banyak merah,
maka dia menyalahkan guru karena guru idak becus menerangkan pelajaran. Jadi
kesalahan dirinya diproyeksikan kepada guru.
(3)
Pembentukan
reaksi: apabila ego mendapat tekanan sehingga menimbulkan kecemasan,
maka ego mencoba mengalihkan tekanan tersebut terhadap lawannya. misalnya
perasaan benci dialihkan menjadi cinta.
(4)
Fiksasi:
ialah tertahannya perkembangan seseorang pada fase tertentu. Misalnya sesorang
takut melangkah lebih jauh karena bahaya-bahaya yang dilihatnya di depan.
Artinya karena kecemasan yang mendalam dari perasaannya yang tidak realistik,
maka orang ini tidak berani melakukan suatu kegiatan karena takut jiwanya
melayang atau uangnya habis.
D.
Proses Konseling
Proses konseling terlaksana karena hubungan konseling berjalan dengan
baik. Menurut Brammer (1979) proses konseling adalah peristiwa yang tenan
berlangsung dan memebri makna bagi para perserta konselingtersebut (konselor
dan klien).
Setiap tahapan proses konseling membutuhkan
keterampilan-keterampilan yang khusus. Namun keterampilan-keterampilan itu
bukanlah yang utama jika hubungan konseling tidak mencapai rapport. dinamika
hubungan konseling ditentukan oleh penggunaan keterampilan konseling yang
bervariasi. Dengan demikian proses konseling tidak dirasakan oleh peserta
konseing (konselor-klien) sebagai hal yang menjemukan. Akibatnya keterlibatan
mereka dalam proses konseling sejak awal hingga akhir dirasakan sangat bermakna
dan berguna.
Secara umum proses konseling di bagi atas tiga tahapan :
1.
Tahap
Awal Konseling
Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan
proses konseling sampai konseloe dan klien menemukan definisi masalah klien
atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proseskonseling tahap
awal dilakukan konselor sebagai berikut.
a.
Membangun
hubungan konseling yang melibatkan klien
Hubungan konseling yang bermakna ialah jka klien terlibat
berdiskusi dengan konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working
relationship hubungan yang berfungsi, bermakna, berguna. Keberhasilan
proses konseling amat ditentukan oleh keberhasilan tahap awal ini.
Kunci keberhasilannya terletak pada: pertama, keterbukaan konselor.
Kedua, keterbukaan klien artinya dia dengan jujur mengungkapkan isi hati,
perasaan, harapan, dan sebagainya. Namun ketrebukaan ditentukan oleh faktor
konseor yakni dapat dipercayai klien karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi
jujur, asli, mengerti dan menghargai. Ketiga, konselor mampu melibatka klien
terus menerus dalam proses konseling. Karena dengan demikian, maka proses
konseling akan lancar dan segera dapat mencapai tujuan konselig.
b.
Memperjelas
dan mendefinisikan masalah
Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan aik dimana klien
telah melibtkan diri berarti kerjasama antara konselor dengan klien akan dapat
mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada klien.
Sering klien tidak begitu mudah memperjelaskan masalahnya, walaupun
mugkin dia hanya mengetahui gejala-gejala yang dialaminya. Karena itu amatlah
penting peran konselor untuk membantu memperjelaskan masalah klien. Demikian
pula klien tidak memahami potensi apa yang dimilikinya, maka tugas konselorlah
untuk membantu mengembangkan potensi, memperjelas masalah, dan mampu
mendefinisikan masalahnya bersama-sama.
c.
Membuat
penaksiran dan penjajakan
Konselor berusaha menjajaki atau menaksir kemungkinan mengambangkan
isu atu masalah, dan merancang bantuan yang mungkin dlakukan yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien dan dia enentukan berbagai alternatif yang
sesuai dengan antisifasi masalah.
d.
Mengnegosiasikan
kontrak
Kontrak artinya perjanjian
antara konselor dan kien . hal itu berisi kontrak wakt, artinya berapa
lama diinginkan waktupertemuan oleh klien dan apakah konselor tidak keberatan.
Kontrak tugas, artinya konselor apa tuganya, dan klien apa pula, kontrak
kerjasama dalam proses konseling.
Kontrak menggariskn kegiatan konseling termasuk kegiatan klien dan
konselor. Artinya mengandung makna bahwa konseling adalah urusan yang saling
ditunjang, dan bukan pekerjaan konselor sebagai ahli thok. Disamping itu
juga mengandung makna tanggung jawab klien, dan ajakan untuk kerjasma dalam
proses konseling.
2.
Tahap
Pertengahan (Tahap Kerja)
Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap
awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: 1) penjelajahan masalah
kien; 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilain kembali apa-apa
yang telah dijelajah tentang masalah klien.
Masalah klien akan akan membantu klien memperleh prsefektif baru,
alternatif baru, yang mungkin berbeda dngan sebelumnya dalam rangka mengambil
keputusan dan tindakan. Dengan adanya persefektif baru, berati ada dinamika
pada diri klien menuju perubahan. Tanpa perspektif maka klien sulit untuk
berubah.
Adapun tujuan-tujuan Tahap Pertengahan ini yaitu:
a.
Menjelajahi
dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh.
Dengan penjelajahan ini konselor berusaha agar kliennya mempunyai
perspektif dan alternatif baru terhadap masalahnya. Konselor mengadakan reassement (penilain
kembali)denan melibatkan klien artinya masalah-masalah itu diniali
bersama-sama. Jika klien ersemangat, berani dia sdah beitu terlibat dan terbuka.
Dia akan melihat maslahnya dari perspektif atau pandangan yang lain yang lebih
objektif dan mungkin pula dengan berbagai alternatif.
b.
Menjaga
agar hubungan konseling selalu terpelihara
Hal itu bisa terjadi jika:pertama, klien merasa senag terlihat
dalam pembicaraan atau wawancara konseling, serta menapakan kebutuhn untk
mengembangka potensi diri dan memecahkan masalahnya. Kedua, konselor berupaya
kreatif dengan keterampilan yang bervariasi, serta memelihara keramahan,
empati, kejujran .keikhlasan dalam memberi bantuan. Kreativitas konselor di
tuntut pula untuk memantu klien menemukan berbagai alternatif sebagai uapaya
untuk menyusn rencana bagi penyelesaian masalah dan pengembangan diri.
c.
Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak
Kontrak dinegosiaskan agar betul-betul memperlancar proses
konseling. Karena itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan
selalu mengingat dalam pikirannya. Pada tahap pertengahan konseling ada lagi
beberapa strategi yang perlu digunakan konselor yaitu pertama,
mengkomunikasikan nilai-nilai inti , yakni agar klien selalu jujur dan terbuka,
dan menggali lagi lebih dalam masalahnya. Karena kondisi sudah amat kondusif,
maka klien sudah merasa aman, dekat, terundang an tertantang untk memecahkan
masalahnya. Kedua, menantang klien sehingga dia mempunya strategi baru dan
rencana baru, melalui pilihan dari beberapa alternatif, untk meningkatkan
dirinya.
3.
Taha
Akhir Konseling (Tahap Ttindakan)
Pada tahap akhir konseling ditandai beberapa hal yaitu:
-
Menurunnya
kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan keadaan
kecemasanya
-
Adanya
perubahan perilaku klien kerarah yaag lebih positif sehat dan dinamik
-
Adanya
rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas
-
Terjadinya
perbahan skap positif, yaitu mulai dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap
yang menyalahkan dunia luar seperti orang tua, guru, teman, keadaan yang tidak
menguntungkan dan sebagainy. Jadi klien sdah berpikir realistik dan percaya
diri.
Adapun tujuan-tujuan tahap akhir ini adalah sebagai berikut:
a.
Memutuskan
perubahan sikap dan yang memadai
Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena sejak awalsudah
menciptakan berbagai alternatif dan mendiskusikannya dengan konselor, lalu dia
putuskan degan alternatif mana yang terbaik. Pertimbangan keptusan itu tentunya
berdasarkan kondisi objektif yang ada pada diri
dan diluar diri. Saat ini dia sudah berpikir realistik dan dia tahu keputusan
yang mungkin dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan utama yang ia inginkan.
b.
Terjadinta
transfer of learning pada diri klien
Klien belajar dari proses kondseling mengenai perilakunya dan
hal-hal yang membuatnya terbka untk mengubah perilakunya diluar proses
konseling. Artinya klien mengambil makna dan hubungan konseling untuk kebutuhan
akan suatu perubahan
c.
Melakasnakan
perbahan perlaku
Pada akhir konseling klien sadar akan perubahan sikapdan
perilakunya. Sebab ia datang minta bantuan adalah atas kesadaran akan perlunya
perubahan pada dirinya.
d.
Mengakhiri
hungan konseling
Mengakhiri konseling harus atas persetjan klien. Sebelum ditutup
ada beberapa tugas klien yaitu: pertama, memebuat kesimpulan-kesimpulan
mengenai hasil proses konseling; kedua, mengevaluasi jalannya proses konseling;
ketiga, membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Beberapa
indkator keberhaslan konseling adalah: 1) menurunkan kecemasan konseling; 2)
mempunya rencana hidup yang praktis dan berguna; 3) harus ada perjanjian kapan
rencananya akan dlaksanakan sehingga pada pertemuan berikutnya konselor sudah
bisa mengecek hasil pelaksaan rencananya.
Mengenai
evaluasi terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) klien memiliki rencana perilaku
yang akan di buatnya; 2) klien menilai perbahan perilaku yang telah terjadi
pada dirinya; 3) klien menilai proses dan tujuan konseling.
E.
TEKNIK- TEKNIK KONSELING
Ada beberapa
istilah yang dipakai untuk menakan teknik konselimg, yaitu eterampilan
onseling, strategi onseling, dan teni-teni
onseling. Semua istilah tersebut mengandung pengertian yakni cara yang
digunakan oleh seorang onselordalam hubungan onseling untuk membantu klien agar
berkembang potensinya serta mampu mengatasi maslah yang dihadapi dengan
mempertimbangkan kondisi- kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial ,
budaya,dan agama.
Bagi seoarang
onselor menguasai tenik onseling adalah mutlak.sebab dalam proses onseling
teinik yang baik merupaan unci eberhasilan untu mencapai tuzuan
onseling.seorang konselor yamg epektip harus mampu merespon klien dengan teknik
yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah
pernyataan-pernyataan verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang,
dan mendorong sehingga klien terbuka untu menyatakan dengan bebas perasaan,
pikiran dan pengalamannya, selanzutnya klien terus terlibat dalam mendiskusikan
mengenai dirinya bersama konselor. Respon onselor terhadap klien mencakup dua
sasaran yaitu : (1). Prilaku verbal dan, (2). Prilaku nonverbal. Prilaku verbal
mencakup semua pernyataan baik alimat-kalimat yang panzang, singkat, maupun
yang terpotong-potong seperti oh, aduh, yah dan sebagainya. Sedangkan perilaku
nonverbal adalah prilaku Bahasa tubuh
berupa isyarat, posisis tubuh, ekspresi
azah, kontak mata, letak tangan, anggukan kepala, arak duduk, dan posisi kaki.
Seorang konselor
bukanlah robot yang sedang berbicara. Melainkan seorang individu yang sarat
latar belaang sosial-budaya-agama, persoalan hidup, keinginan dan cita-cita dan
sebagainya. Kalau konselor berespon terhadapa klien dalam ondisi dirnya tidak nyaman, dan sedang terganggu, maka besar
kemunginan ondisi tersebut akan terbaa tanpa sengaza kedalam hubungan onseling.
Untuk mengatasi hal itu onselor harus berusaha mengusir segala masalah diri
semaksimal mungin. Dan paling tidak dia harus menyadari baha dirinya mempunyai
masalah. Dengan perkataan lain harus ada kepekaan terhadap diri. Kemudian
konselor tersebut harus peka tentang adanya Bahasa tubuh klien, dan terlatih
dalam membaca bahsa tubuh tersebut, secara terlatih pula dalam menggunakan
teknik-tekni konseling sesuai dengan pernyataan verbal dan nonverbal klien.
Seorang
konselor yang terpengaruh oleh eadaan luar dirinyaseperti keluarga dan ekonomi,
mungin dia dalam keadaan setres, maka dia akan menampakan setresnya dalam
hubungan konseling. Akibatnya akan berpengaruh pula terhadap respon klien
terhadap konselor mungkkin muatan respon klien terhadap konselor. Mungkin
muatan respon klien tidak sesuai dengan harapan seperti terttutup, kurang
bersahabat, tidak berpartispasi, dan bisa zadi DO (drop out).
Menurut Barbara
f.(1987) respon klien terbagi atas dua hal;(1) verbal messages, yaitu
pesan-pesan verbal atau ucapan-ucapan
yang berisi muatan kognitip dan apetip; (2) non verbal messages merupakan
pesan-pesan dengan muatan apetip dan psikomotorik. Untuk bisa membaca kedua
pesan diatas, disamping kepekaan, konselor harus mendapat latihan-latihan
khursus yaitu pertama, mictrotraining atau microcounseling suatu latihan
khursussetiap teknik konseling secara teratur dan berulang kali, kedua
mactrotraining atau macrocounseling yaitu menggunakan teknik-teknik onseling
dengan bervariasi dalamsimulasi (role palying) dan prakti konseling.
Kedua untuk
latihan tersebut dibimbing oleh seorang pembimbing dan diamati oleh beberapa
orang serta diadakan rekaman tape dan video. Setelah selesai praktik, akan di
adakan diskusi serta perbaikan kemudian ulangan. Latihan-latihan diberikan
secara khusus dalam konseling individual.jika seorang konselor telah menguasai teknik-teknik konseling individual,
maka dia akan mampu menransfernya kepada kegiatan bimbingan dan konseling yang
lain seperti bimbingan dan dinamika kelompok, konseling keluarga dan
perkawinan, bimbingan remaja, bimbingan
dan konseling industri konseling karir dan sebagainya. Bahkan bisa juga
ditransfer pada relasi antar individu
diluar bimbingan dan konseling seperti
dunia kedokteran, manajemen, perusahaan, industri keluarga, sekolah, dan
sebagainya. Dengan kata lain, mempelajari konseling individual dengan berbagai
teknik konseling amat penting bagi para calon konselor.
a.
Memaknai Konseling Individual
Pengertian konseling
individual mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien
secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport,
dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi lien serta klien
dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Bimbingan untu
pengembangan berarti bantuan untu pengembangan potensi lien agar mencapai tarap
perkemabngan yang optimal proses bimbingan dan konseling berorientasi pada aspek
positipartinya selalu meliahat klien dari segi positip (potensi, keunggulan)
dan berusaha menggembirakan klien dengan menciptakan situasi proses onseling
yang kondusip untuk pertumbuhan klien. Sedangkan bimbingan untu mengantisipasi
masalah bertujuan agar lien mampu mengatasi masalahnya setelah dia mengenal ,
menyadari, dan memahami potensi serta kelemahan, dan kemudian mengarahkan
potensinya untu mengatasi masalah dan kelemahan.
konseling
individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan
menguasai teknik-tekni konseling individual berarrti akan mudah menjalankan
proses bimbingan dan konseling yang lain seperti disebutkan diatas. Karena itu
kepada calor konselor disarankan agar menguasai proses dan teknik konseling
individual.
Proses konseling
individual merupaan relasi antara konselor dengan klien bertujuan agar dapat
mencapai tujuan klien. Dengan ata lain tujuan konseling tidak lain adalah tujuan
klien itu sendiri. Hal ini amat perlu ditekankan sebab sering kejadian trauma
pada konselor pemula atau yang kurang proporsiaonal, baha subjektivitas dia
amat menonjol di dalam proses konseling, seolah-olah mengutamakan tujuan konselor
sementara tujuan klien terabaikan.
Tanggung konselor
dalam proses konseling adalah mendorong untuk mengembangan potensi klien. Agar
dia mampu bekerja epektip. Produktif,
dan menjadi manusia mandiri. Disamping itu, tujuan konseling adalah agar klien
mencapai kehidupan berdaya guna untuk keluarga, masyarakat dan sebagainya. Satu
hal yang penting lagi dari tujuan konseling adalah agar meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan klien. Sehingga klien menjadi
manusia yang seimbang antara pengembangan intelektual-sosial-emosional, dan
moral-religius.
Pengembangan
potensi intelektual mengundang tumbuhnya kreativitasa dan produktivitas,
perkembangan sosial berorientasi kepada pengembangan relationship ith other,
yaitu agar lien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain
dikeluarga, sekolah, tempat pekerjaan, dan masyarakat. Sedangkan perkembangan
emosional bertujuan agar terbentuk emosi yang stabil, dan sikap mental yang
positip terhadap diri dan dunia luar. Jika aspek intelektual, sosial, dan
emosionalsaa yang berkembang, sedangkan aspek moral-religius lemah, maka
kepribadian klien tidak seimbang. Konsekuensinya individu akan menjadi manusia
yang dunia yang takabur, sombong dengan kemapuannya, dan bahkan egostik dan
serakah. Jika klien dikembangkan juga iman dan taqwanya, maka dia akan menjadi
manusia sukses yang bersyukur suka membantu dan toleran.
Relasi konselor-klien
dalam hubungan ditandai nuansa epektip.artinya konselor berupaya menciptakan
agar hubungan akrab, saling percaya sehingga terjad iselp-dislosure (keterbuaan
diri) klien dan keterlibatan secara emosional dalam proses konseling.
Banyak teknik konseling yang dapat diajarkan kepada mahasiswa atau
calon konselor, berikut akan dijelaskan masing-masing.
1.
Prilaku
Attending
Disebut uga perilaku menghampiri klien yang mencakup ompoenen
kontak mata, Bahasa badan, dan Bahasa lisan, perilaku attending yang baik
adalah merupakan kombinasi dari ketiga komponen tersebut sehingga memudahkan
konselor untuk memudahkan klien terlihat pembicaraan terbuka. Attending yang
baik dapat (1). Meningkatkan harga diri klien, (2). Menciptakan suasan yang
aman (3). Mempermudah ekspresi persaan klien dengan bebas.
Berdasarkan akan dikemukakan penampilan (attending) yang baik.
1)
Kepala;
melakukan anggukan jika setuju
2)
Ekspresi
wajah; tenang, ceria, senyum
3)
Posisi
tubuh; agak condong kearah klien, zarak konselor-klien agak dekat, duduk arab
berhadapan atau berdampingan.
4)
Tangan;
variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah menggunakan tangan sebagi
isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
5)
Mendengarkan,
aktif penuh perhatian, menguasai ucapan klien hingga selesai. Diam(menanti sat
kesempatyan beraksi). Perhatian terah pada lawan bicara.
Adapun prilaku attending yang tidak baik adalah:
a)
Kepala:
kaku
b)
Muka:
kaku, ekspresi m,elamun, mengalihkan pandangan, dan tidak melihat saat klien
sedang bicara, mata teledor.
c)
Posisi
tubuh; tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk
kurang akrab dan berpaling.
d)
Memutuskan
pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan
klien berfikir dan berbicara.
e)
Perhatian;
terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
2.
Empati
Empati ialah kemapuan konselor untuk
merasakan apa yang dirasakan klien, mersa dan berpikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending. Dengan
kata lain, tanpa prilaku attending tidak akan ada empati.
Empati ada dua macam; (1) empati
primer( priemery emphaty), yaitu suatu bentuk empati yang hany memahamim
perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien. Tujuannya adalah agar klien
terlibat pembicaraan dan terbuka; (2) empati tingkat tinggi(advanced accurate)
yaitu apabila kepahamn konselor terhadap perasaa, pikiran, keinginan serta
pengalaman klien lebih mendalamdan menyentuh klien karena konselor ikut dengan
perasaan tesebut. Keikutan konselor tersebut mebuat klien tersentuh dan terbuka
untuk mengemukakakn isi yang terdalam dari lubuk hatinya berupa perasaan,
pikiran, pemgalaman, termasuk penderitaanya.
Jika melakukan empati konselor harus mampu:
1)
Mengosongkan
perasaan dan pikiran egoistik.
2)
Memasuki
dunia dalam klien.
3)
Melakukan
empati primer dengan mengatakan:
“saya
dapat merasakan bagaiman perasaan saudara”.
“
saya dapat memahami pikiran anda”.
“saya
mengerti keinginan saudara”.
4)
Melakukan
empati tingkattinggi dengan mengatakan
“saya
merasakan apa yang sudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda
itu”.
3.
Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan
kembali kepada klien tentang perasaan, perasaan, pikiran dan pengalaman klien
sebagai hasil pengamatan terhadap prilaku verbal dan nonverbalnya. Refleksi ada
tiga jenis yaitu; (1) refleksi perasaan,(2) refleksi pengalaman,dan. (3)
refleksi pikiran.
a.
Refleksi
perasaan
yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan (merefleksikan)
perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal klien. Untuk
melakukakn refleksi perasaan konselor dapat menggunakan kalimat seperti:
-“nampaknya
yang anda katakan adalah..”
-“barangkali
anda merasa..”
-“hal
itu rupanya seperti..”(kiasan)..”
-“Adakah yang anda maksudkan..”
Contoh:
Kl: “Guru itu sialan. Saya membencinya. Saya
tidak akan mengerjakan PR-nya. Saya tidak akan mengerjakan bagaimanapun juga”.
Ko:
“ tampaknya anda sungguh-sungguh marah”
b.
Refleksi
pengalaman
Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan
pengalamn-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan
nonverbal klien. Untuk melakukan keterampilan ini konselor dapat mengatakan seperti ini.
-“Nampaknya
yang anda kemukakakn adalah suatu..”
-“
Barang kali yang anda utarakan adalah suatu..”
-“adakah yang anda maksudkan suatu peristiwa..”
c.
Refleksi
Pikiran (Content)
Refleksi perasaan (content) yaitu keterampilan konselor memantulkan
ide, pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatanterhadap prilaku verbal
dan nonverbal klien. Untuk melakukan keterampilan ini konselor dapat mengatakan
seperti ini:
-“Nampaknya
yang anda katakan..”
-“Barngkali
yang anda utarakan adalah..”.
4. Ekplorasi
Adalah suatu keterampilan untuk
menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini penting karena
kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengemukakakn pendapatnya dengan terus terang. Barangkali dia hadir karena
terpaksa, sehingga enggan mengemukakan perasaan atau pikirannya. Mungkin pula
karena faktor budaya bangsa kita yang berlatar belakang sejarah kerajaan,
dimana rakyat tidak boleh mengemukakakn pendapat secara bebas, artinya tidak
ada dem,okrasi dan hak asasi manusia. Rakyat biasa mersa lemah behadapan dengan
oranag yang tingghi seperti kaum priyai, penguasa, pejabat, dan sebagainya.
Teknik ekplorasi memunghkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa
rasa takut, tertwekan, dan terancam. Sebagaiman refleksi, ekplosrasi ada tigsa
jenis:
1.
Ekplosriasi
perasaan
Eksplorasi perasaan adlah yaitu ketrampilan untuk menggali perasaan
klien yang tersimpan. Konselor dapat mengguanakn kaliamat-kaliamat berikut ini
unruk memulai keterampilan pewrsaan ,
:biasakah
saudar menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan?”
“saya
kira rasa sedih anda begitu dakam akibat oeristiwa resebut.”
“dapatkah
anda mengemukakan persaan anda lebih jauh”
2.
Eksplorasi
pengalaman
Elsplorasi pengalaman yaitu ketereampilan konselor untuk menggali
pengalaman-pengalaman yang dilalui klien.
saya
terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun sya ingin memahami jauh tenyang
pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadapa pendidik anda.”
3.
Eskplorasi
pikiran
Ekslpolari pikiran adalah ketrampilan konselor untuk menggali ide,
pikiran, dan pendapat kilen. Dalam mengekplorasikan konselor ini dapat
menggunakan kalimat-kalimat seperti berikut ini;
“saya
yakin saudara dapat menjelaskan lebih jauh ide anda tentang sekolah sambil
bekerja.”
“saya
kira pendapat anda anda mengenai hal itu baik sekali. Dapatkah saudara
menguraikannya lebih lanjut”.
5.
Menangkap
pesan utama (paraprasing)
Untuk memudahkan klen memahami ide,
perasaan, dan pengalamannya seorang konselor perlu menagkap pesan utamnya, dan
menyatakannya secara sederhana dan mudah dipahami di sampaikan dengan bahasa
konselor sendiri. Hal ini perlu, karena sering klien mengemukakan perasaan,
pikiran, dan pengalamannya berbelit, berputar atu panjang.
Pada umumnya tujuan parphrase adalah untuk mengatakan kembali
essensi atau ungkapan essensi klien ada empat tujuan utama dari tehnik
paraphrasing yaitu:
1.
Untuk
mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia, dan berusaha untuk
memahami apa yang di katakan klien.
2.
Mengendapkan
apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan;
3.
Memberi
arah wawancara konseling;
4.
Pengecekan
kembali persepsi kembali konselor tentang apa yang di kemukakan klien;
Paraphrasing
yang baik adalah menyatakan kembali pesan utama klien secara seksama dengan
kalimat yang mudah dan sederhana. Paraphrasing yang baik ditandai oleh suatu
kalimat awal yakni: adalah dan nampakmnya.
Kalau
di masuka dalam kalimat akan menjadi;
“
adakah yang anda katakan bahwa ......”
“
nampakmnya yang anda katakan adalah.....”
Contoh
dalam dialognya:
K1:
“ biasanya dia selalu senang dengan saya, namun tiba-tiba dia memusuhi saya”.
KO:”
Adakah yang akan anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten?”
Paraphrasingyang
baik adalah:
1.
Dengan
teliti mendengarkan pesan utama klien.
2.
Nyatakan
kembali dengan ringkas, dan
3.
Amati
respon klien terhadap konselor.
Contoh:
K1:
“ itu suatu pekerjaan yang baik akan tetapi saya tidak mengambilnya saya tidak
tau mengapa?”
KO:”
nampaknya sodara masih ragu”.
6.
Bertanya
untuk membuka pertanyaan (open coesticion)
Kebanyakan calon konselor sulit
untuk mengunmgkap percakapan dengan klien. Hal ini karena sulit menduga apa
yang dipikirkan klien sehingga pertanyaan menjadi pas.
Untuk memudahkan membuka percakapan seorang calon konselor dilatih
keterampilan bertanya dalam bentuk open- andit yang memungkinkan munculnya
pernyataan-pernyataan baru dari klien.
Untuk memulai bertanya, sebaiknya
tidak menggunakan kata-kata mengapa dan apasebabnya. Pertanyaan seperti ini
akan menyulitkan klien membuka wawasannya. Disamping itu akan menyulitkan klien
jika dia tidak tahu apa sebab suatu kejadian, atau sengaja dia tutupi karena
malu. Akibatnya bisa di duga, untuk klien akan tertutup dan akhirnya tujuan
konseling tidak tercapai.
Pertanyaan-pertanyaan terbuka open
andit yang baik dimulai dengan kata-kata, apakah, bagaimana, adakah, bolehkah,
dapatkah contoh:
“Apakah sodara merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan
sekarang?”
“ bagaimana perasaan anda saat itu?”
“dapatkah anda mengemukakan hal itu selanjutnya?”
“boleh saya meminta waktu barang 5 menit sebelum anda pergi
meninggalkan ruangan ini?”
7.
Bertanya
tertutup (closed questions)
Pertanyaan konselor tidak selalu
terbuka (open questions), akan tetapi juga, ada yang tertutup yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang sering diomulai dengan kata-kata apoakah, adakah,
dan harus dijawab klien dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat.
Tujuan keterampilan bertanya tertutup adalah:
1.
Untuk
mengumpulkan informasi
2.
Untuk
menjernihkan atau memperjelas sesuatu, dan
3.
Menghentikan
omongan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh:
K1:”
saya berupa meningkatkan prestasi belajar dengan mengikuti belajar kelompok
yang selama ini belimsaya lakukan”.
KO:”
biasanya anda menempati peringkat berapa?”.
8. Dorongn Minimal (Minimal Encouragement)
Upaya utama seorang konselor adalah agar
kliennya selalu terlibat dalam pembicarakan terbuka. Yang dimaksud dorongan
minimal adalah suatu dorongan langsung yang sinkat terhadap apa yang telah
dikatakan klient, dan memberikan dorongan singkat seperti oh…., ya…., lalu…
9. Interpretasi
Upaya konselor untuk mengulas pemikiran,
perasaan dan perilaku/pengalaman klient dengan merujuk kepada teori-teori,
dinamakan teknik interpretasi. Tujuan utama teknik ini adalah untuk memberikan
rujukan, pandangan atau perilaku klient, agar klient mengerti dan berubah
melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan ( Directing)
Untuk mengajak klien
berpartisipasi secara penuh didalam proses konseling, perlu ada ajakan dan
arahan dari konselor. Keterampilan yang dibutuhkan untuk maksud tersebut adalah
mengarahkan (directing), yaitu suatu keterampilan konseling yang mengatakan
kepada klien agar dia berbuat sesuatu, atau dengan kata lain mengarahkannya
agar melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan
konselor, atau mengkhayalkan sesuatu.
Contoh :
Kl : “Ayah saya
sering marah –marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran
sengit. “
Ko :”Bisakah
saudara mencobakan didepan saya bagaimana sikap dan kata-kata ayah saudara jika
memarahi anda”.
11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Supaya pembicaraan
maju secara bertahap dan arah pembicaraan makin jelas, maka setiap periode
waktu tertentu konselor bersama klien perlu menyimpulkan pembicaraan.
Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien mempunyai pemahaman bahwa keputusan
mengenai dirinya menjadi tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanyalah
membantu. Mengenai kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak tergantung
kepada feeling konselor.
Tujuannya menyimpulkan
sementara (Summarizing) adalah : (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2)
untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan
secara bertahap; (3) untuk meningkatkan kualitas diskusi; (4)
mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara konseling,
Berikut ini adalah
contoh ucapan konselor,
Kl :” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika
kita simpulkan dulu agar jelas hasil pembiaraan kita sampai saat ini. Dari
materi pembicarran yang kita diskusikan kita sudah sampai kepada dua hal;
pertama, tekad anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas , kedua, namun
hambatan yang akan anda hadapi seperti yang anda kemukakan tadi ada beberapa,
yaitu : sikap orangtua yang menginginkan anda segera menyelesaikan studi, dan
waktu bekerja yang penuh sebagaimana dituntut oleh perusahaan yang akan anda
masuki.”
12.
Memimpin (Leading)
Agar pembicaraan dalam
wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang, seorang konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai tujuan.
Keterampilan memimpin
bertujuan : pertama, agar klien tidak menyimpang dari focus pembicaraan; kedua,
agar pembicaraan lurus terhadap tujuan konseling.
Contoh :
Kl :”Saya mungkin
berpikir juga tentang masalah hubungan dengan pacar, tapi bagaimana ya …?
Ko :”Sampai saat
ini kepedulian saudara tertuju kepada kuliah sambil bekerja. Mungkin anda tinggal
merincikepedulian itu. Mengenal pacaran apakah termasuk kedalam kerangka
kepedulian anda juga.”
13.
Fokus
Seorang konselor yang
efektif harus mampu membuat focus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap
pembicaraannya dengan klien. Focus
membantu klien untuk memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Ada beberapa
focus yang dapat dilakukan seseorang konselor yaitu:
(1)
Focus pada diri klien
Contoh,
Ko :”Tanti, anda
tidak yakin apa yang anda lakukan.”
Ko :”Tampaknya anda
berjuang sendiri.”
(2) Focus pada orang lain
Contoh,
Ko :”Roni telah
membuat kamu menderita. Terangkanlah tentang dia, dan apa yang telah
dilakukannya.”
(3) Focus pada topic
Contoh,
Ko :” Pengguguran
kandungan ? Kamu memikirkan aborsi? Sebaiknya pikirkan masak-masak dengan
berbagai pertimbangan.”
(4) Focus mengenai budaya
Contoh,
Ko :”Mungkin budaya menyerah dan mengalah
terhadap laki-laki harus diatasi sendiri oleh wanita. Wanita tak boleh menjadi
objek laki-laki.”
Secara umum, dalam
wawancara konseling selalu ada focus yang membantu klien untuk menyadari bahwa
persoalan pokok yang berkembang didalam diskusi dengan klien, akan tetapi
konselor harus membantu klien agar dia menemukan focus pada masalah apa.
Ko : “Apakah tidak baik jika pokok
pembicaraan kita berkisar saja dulu soal hubungan anda yang retak dengan
pacarmu?”
14.
Konfrontasi
Konfrontasi adalah
suatu teknik konseling yang menntang klien untuk melihat adanya diskrepansi
atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal
dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.
Adapun tujuan teknik
ini adalah untuk: (1) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur;
(2) meningkatkan potensi klien; (3)
membawa kliejn kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi
dalam dirinya.
Namun seorang konselor harus melakukan dengan
teliti yaitu dengan: (1) memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak
konsisten dengan cara tepat waktu; (2) tidak menilai apa lagi menyalahkan;
(3)dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati.
Contoh dialog :
Kl :”Oh…, saya baik-baik saja.’(suara rendah,wajah
tidak cerah, posisi tubuh gelisah).
Ko :”Anda katakan baik-baik saja tapi kelihatannya ada
sesuatu yang kurang beres,”atau
Ko :”Saya lihat ada perbedaan antara ucapan anda
dengan kenyataan diri.”
15. Menjernihkan (Clarifying)
Adalah suatu keterampilan untuk
menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan agak
meragukan. Tujuannya adalah; (1)mengundang klien untuk menyatakan pesannya
dengan jelas, ungkapannkata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang
logis, (2) agar klien menjelaskan,mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
Kl :” Perubahan yang terjadi dikeluarga saya
membuat saya bingung dan konflik. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi
pemimpin dirumah itu.”
Ko :”Bisakah anda menjelaskan persoalan
pokoknya? Misalnya peran ayah, ibu, dan saudara –saudara anda.”
16.
Memudahkan
(Facilitating)
Adalah suatu keterampilan membuka komunikasi
agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan ,
pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Sehingga komunikasi dan partisipasi
meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
Ko :”Saya piker anda berbicara apa adanya,
karena saya akan mendengarkan dengan sebaik-baiknya.”
17.
Diam
Banyak orang bertanya tentang kedudukan
diam dalam kerangka proses konseling. Apakah diam itu teknik konseling?
Sebenarnya diam adalah amat penting dengan cara attending. Diam bukan berarti
tidak ada komunikasi akan tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal.
Yang paling ideal diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan
minimal. Akan tetapi, jika konselor menunggu klien yang sedang berfikir mungkin
diamnya bisa lebih dari 5 detik. Hal ini relative tergantung feeling konselor.
Tujuan diam adalah: (1) menanti klien
sedang berfikir, (2) sebagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; (3)
menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
Contoh :
Kl ;” Saya tidak
sengan dengan perilaku guru itu… dan saya…”(berfikir).
Ko :” ………………….”(diam).
Kl :”Saya.. harus
bagaimana … saya tidak tahu…”
Ko :”…………………...”(diam)
18.
Mengambil inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan
konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan
kurang partisipatif, konselor mengucapkan kata –kata yang mengajak klien untuk
berinisiatif dalam menuntaskan diskusi.
Tujuan teknik ini
adalah : (1)mengambil inisiatif jika klien kurang semangat ; (2)jika klien
lambat berfikir untuk mengambil
keputusan ;(3)jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Contoh :
Ko :”Baiklah saya piker anda mempunyai satu
keputusan namun masih belum keluar. Coba anda renungkan lagi”.
19.
Memberi Nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika
klien memintanya . Walaupun demikian,
konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk member nasehat
atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling
yakni kemandirian klien, harus tetap tercapai.
Contoh respon konselor terhadap permintaan klien;
Ko :” Apakah hal seperti ini pantas saya untuk
member nasehat saudara?. Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin anda lebih
berpengalaman dari pada saya.”
Atau dapat pula dikatakan konselor seperti ini;
Ko :”Sebelum saya member nasehat, saya piker
dalam hal ini saudara lebih banyak mempunyaib informasi disbanding saya”
20. Pemberian Informasi
Dalam hal ini informasi yang diminta klien,
sama halnya dengan pemberian nasehat. Jika konselor tiak memiliki informasi
sebaiknya dengan jujur katakana bahwa tidak mengatahui hal itu. Akan tetapi,
jika konselor mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap
mengusahakannya. Misalnya, klien menanyakan persdyaratan untuk masuk sekolah
penerbang. Karena konselor kurang menguasai informasi itu, sebaiknya klien
langsung saja mencari informasi tersebut kesumbernya seperti Direktorat
Penerbangan atau Sekolah Penerbangan.
Contoh respon konselor adalah :
Ko :” Mengenai informasi sekolah penerbangan
saya sama sekali tidak menguasainya. Karena itu saya sarankan anda langsung
saja ke Direktorat Penerbangan atau Sekolah Penerbangan yang bersangkutan.”
21.
Merencanakan
Menjelang akhir sesi
konseling seorang konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suatu program
untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya. Suatu
rencana yang baik adalah hasil kerjasama konselor dengan klien. Secara teknis
konselor mungkin berkata kepada klien seperti :
Ko :” Nah, saudara,
apakah tidak lebih baik jika anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman
hasil pembicaraan kita sejak tadi.”
22. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling
konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut ;
(1)bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan (2)
menetapkan rencana klien (3) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya sesi
berikut. Misalnya : konselor berkata kepada klien “Apakah sudah dapat kita buat
kesimpulan akhir?”
Proses konseling terdiri atas tiga
tahapan yaitu, (1) tahap awal atau tahap mendefinisikan masalah, (2) tahap
pertengahan atau tahap kerja, (3) tahap akhir atau tahap perubahan dan
tindakanb (Action). Setiap tahap konseling ada teknik-teknik tertentu. Berikut
ini secara kematis dikemukakan teknik-teknik
konseling yang dapat digunakan pada setiap tahapan konseling.
TAHAP AWAL
(DEFINISI MASALAH)
|
TAHAP PERTENGAHAN
(TAHAP KERJA)
|
TAHAP AKHIR
(TAHAP KERJA)
|
·
Attending
·
Mendengarkan
·
Empati
·
Refleksi
·
Eksplorasi
·
Menangkap pesan
utama
·
Mendorong dan
dorongan minimal
|
·
Menyimpulkan
sementara
·
Memimpin
·
Memfokuskan
·
Konfrontasi
·
Menjernihkan
·
Memudahkan
·
Mengarahkan
·
Dorongan minimal
·
Diam
·
Mengambil inisiatif
·
memberi nasehat
·
Member informasi
·
menafsirkan
|
·
menyimpukan
·
merencanakan
·
menilai
·
mengakhiri konseling
|
Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai
teknik-teknik seperti dikemukakan diatas, tidak berarti aturannya kaku seperti
itu. Artinya seorang konselor dengan teknik-teknik yang bervariasi dan berganda
(multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian
(kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, tempramen), respon lisan dan bahasa
badan dan sebagainya.
Pengertian teknik bervariasi dan berganda
adalah : (1) bisa saja teknik ditahap awal digunakan ditahap pertengahan dan
akhir. Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa
dipakai pada semua tahapan konseling; (2) respon konselor mungkin meliputi
satu, dua atau lebih teknik konseling (multi technique).
a.
Menguasai
Teknik-Teknik Konseling
Seorang konselor yang professional
memiliki latar belakang kepribadian, pendidikan, dan keterampilan yang handal.
Mengenai kepribadian dan pendidikan calon konselor telah diterangkan pada bagian sebelumnya.
Pada bagian ini akan menjelaskan tentang penguasaan teknik –teknik kionseling oleh seorang konselor.
Pada umumnya untuk menguasai teknik
atau keterampilan konseling, seprang konselor harus melalui berbagai latihan
yaitu latihan mikro dilanjutkan kemudian dnegan latihan makro. Akan tetapi
seorang konselor harus menguasai teori-teori konseling yang ada .
1.
Latihan
Microcounseling (Microtraining)
Latihan ini adalah
suatu cara memberikan penguasaan teknik-teknik konseling tunggal kepada
calon-calon konselor. Setiap teknik konseling dilatihkan satu persatu secara
bertahap. Latihan ini dilengkapi dengan perekaman video dan tape recorder.
Pada akhir latihan
diadakn evaluasi dan diskusi setelah menonton atau mendengar kaset video dan
rekaman suara. Pengamat dan pembimbing memberikan pula penilaian dan masukan untuk bahan diskusi.
2.
Latihan
Macrocounseling
Latihan ini adalah yang melatihkan
secara role playing beberapa atau beragam teknik konseling yang telah dikuasai
melalui latihan mikro. Sehubungan dengan latuhan itu, beberapa kegiatan yang
harus dilakukan calon konselor adalah :
a. Latihan menulis kasus,
b. Menyiapkan pasangan –pasangan pemain (konselor dan
klien)
c. Menonton video macrocounseling sebagai bahan rujukan
d. Melakukan latuhan macrocounseling dan menvideokannya
e. Melakukan tayangan ulang untuk dievaluasi
f. Mengadakan diskusi dan latihan ulang .
BAB III
ANALISIS
A. ANALISIS TEORETIS
Dalam pembahasan materi mengenai “konsep dasar
konseling, pengertian, pendekatan, proses dan teknik konseling” dapat dipahami
bahwa Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat (Konseling)
kepada orang lain. Firman Allah QS. al-Ashr :
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1-3)
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
mentaati kesabaran.
Setelah mengetahui bagaimana
konsep dasar konseling, terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai
pengertian konseling itu sendiri, ada banyak perbedaan pendapat dalam mengartikan “konseling” namun
hal itu dapat dibuktikan bahwa pendapat mereka memiliki tujuan isi yang sama,
hanya saja berbeda dalam bentuk penyajian struktur kalimatnya.
B. ANALISIS PRAKTIS
Pendekatan konseling disebut juga teori konseling, merupakan dasar bagi suatu
praktek konseling, pendekatan itu
dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau
teori-teori konseling akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling.
Akan tetapi, untuk kondisi indonesia memilih satu pendekatan dan fanatik dan
kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu pendekatan konseling
biasanya dilatarbelakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin sja idak
sesuai sepenuhya dengan paham filsafat di indonesia. Disaming itu mungkin saja
layanan konseling yang dilakasanakan berdasarkan aliran tertentu kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat serta kondisi sosial, bdaya, dan agama.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam
konseling bukanlah pendekatan atau teori tunggal(single teory) untuk
semua kasus yang diselesaikan. Akan tetapi harus di coba secara kretif memilih
bagian-bagain dari beberapa pendekatan ang relevan, kemudian secara sintesis-analitik
diterapkan kepada kasus yang yanh dihadapi. Pendektan seperti itu dinamakan
Creative Synthesis Analytic (SCA). Allen E. Ivey (1980) menyebutkan pendektan
SCA ini dengan nama Eelectic Approads yaitu memilih secara
selektif bagian-bagain teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
konselor.
Sebagai telah di ungkapkan diatas bahwa pendektan SCA diasumsikan
sesuai dengan kondisi indonesia. Artinya kita tidak memilih satu pendekatan
saja untuk semua kasus, akan tetapi memilih bagian-bagain teori yang berbeda
secara selektif untuk dimanfaatkan terhadap kasusu tertentu.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Konsep dasar konseling pada dasarnya yang memberi isyarat
kepada manusia untuk memberi nasehat (Konseling) kepada orang lain. Firman
Allah QS. al-Ashr :
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. (العصر: 1-3)
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
mentaati kesabaran.
2.
Konseling adalah pemberian bimbingan oleh orang
yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis.
3.
Pendekatan-pendekatan konseling diantaranya:
a.
Pendekatan Psikoanalisis
b.
Client Centered
c.
Terapi Gestalt
d.
Terapi Behavioral
e.
Logo Therapy Frankl
f.
Rational Emotive Therapy (RET)
4.
Proses Konseling terdiri dari tahap awal
konseling, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir konseling.
5.
Teknik-teknik konseling terdiri dari Attending,
empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questions, closed questions, minimal
encouragemet, interpretasi, directing, summarizing, leading, focus, konfrontasi,
clarifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, memberi nasehat, pemberian
informasi, merencanakan dan menyimpulkan.
B. REKOMENDASI
Penulisan makalah ini memiliki manfaat yang sangat mendalam, adapun
rekomendasinya ditujukan kepada:
1. Mahasiswa STAI Al-Musaddadiyah yang sedang
mempelajari Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling.
2. Dosen-dosen yang sedang memperdalam Mata
Kuliah Bimbingan dan Konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Brammer, Lawrence M., The Helping
Relationship: Process and Skills, Prentice- Hall, Inc., Englewood Cliffs,
New Jersey, 1984.
Frankl, viktor, Man’s Search for Meaning,
Washington Square Press, New York, 1984.
Ivey, Allen E., Authier, Jerry, Microcounseling:
Innovations in Interviewing, Counseling, psychotherapy and psychoeducation.
Carles C. Thomas Publisher, Springfield, Illinois, 1980.
Ivey, Allen E., Downing Counseling and
Psychotherapy-skill, Theories and Practice, Prentice-Hall, Inc.,
Englewood-Cliffs, New Jersey, 1980.
S. Willis, Sofyan., Konseling Individual Teori
dan Praktek. Alfabeta, Bandung, 2013.
Komentar
Posting Komentar